Wednesday, 8 January 2014
Meski sebagian besar orang setuju kalau kirim pesan via SMS atau BBM
saat mengemudi itu bisa menimbulkan bahaya, tapi tidak demikian dengan
aktivitas menelepon. Pendapat sejumlah orang masih terbagi di hal ini.
Bahkan aktivitas ini dianggap tak ubahnya seperti berbincang dengan
penumpang saja.
Di banyak negara termasuk Indonesia, menggunakan ponsel saat mengemudi
adalah perbuatan melawan hukum. Tapi tetap saja banyak yang melanggarnya
bahkan diklaim pihak berwajib kerap menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Benarkah demikian?
Kami pun mengutus 3 reporter Auto Bild untuk melakukan eksperimen mini
di Bridgestone Proving Ground, Karawang. Hasil yang didapat cukup
mengejutkan.
Cara Pengujian |
Pengemudi (Resa) |
 |
 |
Reporter Resa Azhara, kami tunjuk sebagai pengemudi di tes kali ini. Ia
mengendarai Tata Safari Storme bertransmisi manual. Ia diminta
mengemudikan mobil di lintasan dengan kecepatan maksimal yang diizinkan
di tiap sektor.
Lalu Fitra Eri duduk di bangku belakang untuk melakukan gangguan dengan
menelepon dan melakukan SMS dengan Resa. Di bangku samping depan, duduk
Ivan Hermawan yang mencatat waktu tempuh serta memantau perilaku
berkendara dari Resa. Ivan juga sesekali menarik tuas rem tangan sedikit
untuk melihat apakah Resa dapat mendeteksi indikator yang menyala.
|
Tantangan kali ini cukup berat karena laju mobil harus disesuaikan
dengan kecepatan maksimal yang diizinkan. Tapi dengan 2 putaran
pemanasan Resa pun langsung terbiasa.
Ketika mendapat panggilan telepon, Resa tak merasakan ada kesulitan
apapun. Pasalnya, seluruh perhatian tercurah ke telepon. Namun rasanya
tak ada yang berubah dari gaya mengemudi. Makanya Resa kaget ketika
diberitahu kalau banyak melanggar kecepatan maksimal serta tak mampu
mendeteksi nyala indikator lampu rem parkir.
Konteks pembicaraan di telepon diakui telah menguras konsentrasi. Jadi mengemudi pun hanya menggunakan insting.
Ketika diminta menjawab SMS, Resa juga merasa tersiksa. Bukan cuma
tangan yang sibuk, pandangan pun harus sering berpindah dari jalan ke
ponsel. Apalagi pertanyaan yang diajukan membutuhkan pemikiran serta
ketelitian mengetik. Tak heran waktu tempuh di lintasan menjadi lambat. |
Pengganggu |
 |
 |
Peran Fitra di tes kali ini adalah melakukan gangguan telepon dan SMS.
Untuk sesi gangguan telepon,Fitra mengambil topik nyata pekerjaan di
kantor. Namun mujur, ketika itu hendak berlangsung, Resa justru mendapat
panggilan telepon pribadi yang sangat penting dan pelik. Fitra pun
memintanya untuk mengangkat telepon sembari tetap mengemudi.
Sedangkan untuk aktivitas SMS, yang Fitra lakukan simpel tapi bisa
menguras perhatian dan pikiran. Misalnya, dari banyak pertanyaan ada
yang meminta Resa untuk mengetikkan abjad A-Z secara berurutan dan
lantas mengetikkan kebalikannya. Total ada sekitar 20 pertanyaan yang
diberikan sambung menyambung dan hanya diselingi jeda 4-5 detik.
Selama melakukan panggilan telepon, Resa langsung hanyut dalam topik.
Sementara ketika ber-SMS, Fitra menemukan beberapa kesalahan ketik serta
kesalahan jawab. Tapi secara umum, kedua aktivitas tadi cukup
mengganggu konsentrasinya. |
Pemantau (Ivan) |
Kesimpulan |
 |
 |
Tugas Ivan adalah mencatat waktu, perubahan perilaku pengemudi serta
melakukan distraksi dengan sesekali menarik sedikit rem parkir.
Pada saat si pengemudi berkendara tanpa gangguan, waktu yang dicatat
untuk mengelilingi satu putaran adalah 1 menit 40 detik. Hasil tersebut
merupakan rata-rata dari 2 putaran yang dilakukan ketika berkendara
tanpa distraksi.
Pengemudi pun tampak fokus dengan kondisi jalan. Setiap batas kecepatan
maksimum ia patuhi, setiap kali tuas rem parkir ditarik ia menyadarinya.
Ketika ada gangguan berupa panggilan telepon, langsung terdeteksi
perubahan perilaku mengemudi yang terjadi. Emosi yang terjadi pada Resa
membuat gaya mengemudinya berubah.
Tapi hal unik yang terjadi adalah waktu tempuh justru lebih cepat yakni 1
menit 35 detik. Pengemudi tak lagi memperhatikan distraksi yang dialami
ketika tuas rem parkir ditarik, 5 kali indikator pada panel instrumen
berkedip, tak satupun dihiraukan. Bahkan saya sempat menarik tuas rem
selama 1 menit tanpa ada reaksi pengemudi apapun.
Distraksi ketika menerima SMS berefek lebih parah lagi. Paling terlihat
adalah menurunnya kecepatan. Waktu tempuh pun lebih lambat 13 detik
menjadi 1 menit 53 detik. Dari 5 kali penarikan tuas rem parkir, hanya 1
kali yang mampu dideteksi. Selain itu terjadi perpindahan gigi lebih
kasar dan di putaran tidak tepat. Perpindahan jalur tak semestinya juga
terjadi. |
Walau terbukti menurunkan kecepatan, mengirim SMS saat di balik setir
mampu menghilangkan konsentrasi serta kecekatan mengemudi. Penurunan 13
detik di sirkuit itu berarti menurunnya kecepatan rata-rata sekitar 10
km/jam. Di jalan dengan lalu-lintas padat, reaksi terhadap kendaraan di
depan menurun. Tak heran cukup mudah bagi kita mengetahui siapa
pengemudi yang sedang ber-SMS sambil mengemudi. Lihat saja siapa yang
menyetirnya lambat bagai baru belajar mengemudi.
Sedangkan aktivitas bertelepon mengundang bahaya cukup besar juga.
Memang kecekatan tangan tak seburuk ber-SMS, apalagi bila memakai
handsfree. Tapi tanpa sadar, kita bisa meningkatkan kecepatan dengan
diiringi menurunnya konsentrasi. Fatalitas lebih mudah terjadi di
aktivitas seperti ini.
Jadi kesimpulannya jelas, letakkan ponsel Anda saat mengemudi. Gunakan hanya sebelum atau setelah mengemudi.
|
sumber:autobild.co.id
Terima Kasih Atas Kunjungan nya ke Website Anzon Toyota Tambun silahkan isi komentar anda.